MESKI BERUMUR, TETAP BISA KHITAN DEWASA
Di Indonesia, khitan atau biasa disebut sunat umumnya dilakukan saat anak-anak. Tapi tak sedikit juga yang melakukannya saat dewasa. Sebagian karena alasan agama, misalnya baru saja menjadi mualaf atau budaya. Tapi tak sedikit juga pria dewasa yang melakukannya karena sadar dengan manfaatnya untuk kesehatan.
Ini pula yang menjadi alasan Andrew melakukan khitan di usia 28 tahun. Pria yang tinggal Muara Karang, Jakarta Utara, ini mendatangi Klinik Lamina Rumah Sakit Melia Cibubur, Jakarta Timur, untuk dikhitan. “Saya akan menikah, biar lebih bersih saja,” katanya di akhir September 2019.
Awalnya, wajah Andrew terlihat tegang. Tapi begitu proses khitan, wajahmya kangsung berseri-seri. Pasalnya, selain cuma butuh waktu sekitar 10 menit, dia tak merasakan sakit sama sekali.
“Hanya sakit saat disuntik anestesi,” katanya. Dia pun bisa melenggang meninggalkan rumah sakit tanpa terlihat seperti pasien yang baru disunat.
Dokter Tri Waluyo yang mengkhitan Andrew menjelaskan dia menggunakan Gun Stapler. Gun Stapler yang bentuknya mirip pistol mainan anak-anak itu menggabungkan metode potong dan jahit.
Bagian badan alat ini berbentuk seperti lonceng yang disebut glans bell. Lonceng bagian dalam dirancang untuk melindungi kelenjar di kepala penis. Adapun lonceng di bagian luar terdiri dari pisau bundar untuk memotong kulit kulup dan staples untuk menutup luka agar tak terjadi pendarahan.
Gun Stapler pertama kali dikembangkan di Cina, di Indonesia, alat ini mulai digunakan Rumah Sunat dr. Mahdian sejak April 2018. Hingga saat ini sudah lebih 600 pasien yang menggunakannya. Menurut Tri, alat ini membuat proses khitan lebih nyaman dan minim pendarahan.
“Prosesnya lebih cepat dibanding sunat konvensional yang butuh waktu sekitar 30 menit,” kata dokter yang berpraktek di Rumah Sunat dr. Mahadian Alam Sutra, Tangerang, ini.
Stapler pada metode ini merupakan pengganti benang jahit pada khitan konvensional. Terbuat dari titanium, staples tersebut mengikat kuat kulit di sekeliling kepala penis sehingga tak mudah lepas.
Hal ini penting mengingat tantangan tindakan khitan pada pria dewasa adalah ereksi yang membuat ukuran penis pria bisa dua kali lebih besar dibanding saat normal. Berdasarkan pengalaman Tri menangani khitan konvensional pada pria dewasa, jahitan berisiko lepas karena ereksi, sebelum luka benar-benar sembuh.
“Dengan metode ini, pria dewasa atau remaja tak perlu khawatir soal ereksi,” katanya.
Ereksi justru bisa mempercepat pemulihan dan pelepasan stapler. Justru pada pasien yang jarang ereksi proses pelepasan stapler bisa lebih lama, lebih dari waktu rata-rata yang sekitar 3 pekan.
“Tapi jangan khawatir, pasien bisa kembali ke klinik untuk melakukan pelepasan manual,” kata Luqman, dokter dari Rumah Sunat dr. Mahdian yang saat itu juga baru mengkhitan seorang pria dengan metode serupa.
Gun Stapler dirancang untuk pria remaja dan dewasa. Alat ini tersedia dalam beragam ukuran, mulai 12 milimeter hingga 36 milimeter, tergantung ukuran penis pasien. Untuk menggunakan metode ini, pasien harus merogoh kocek lebih dalam ketimbang metode lain, yakni sekitar Rp 3,6 juta.
Luqman mengatakan dibanding sunat konvensional menggunakan pisau bedah, laser atau electrical cauter, dan klem, Gun Stapler lebih aman dan nyman. Selain terhindar dari nyeri, pendarahan atau pembengkakan, secara kosmetik hasilnya juga lebih bagus.
Pasien juga bisa beraktivitas normal seusai dikhitan dan tak perlu mengenakan sarung. Willie, 32 tahun, yang baru selesai khitan di RS Melia bahkan langsung mengenakan celana jeansnya. “Tapi kami melarang pasien berhubungan seksual selama sebulan setelah dikhitan,” kata Luqman